Senin, 04 April 2011

Kebijakan Fiskal


 Pengertian Kebijakan Fiskal (Fiscal Policy)


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

Contoh Kebijakan Fiskal
Salah satu contoh kebijakan Fiskal adalah BLT (bantuan langsung tunai) yang diberikan kepada masyarakat kurang mampu, yang sebenarnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga daya beli masyarakat meningkat dan permintaan di masyarakat pun akan meningkat sehingga diharapkan mampu memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.
Contoh lainnya adalah Defisisit Financing adalah anggaran yang menetapkan pengeluaran > penerimaan yang dilakukan oleh Bung Karno dengan memperbanyak hutang dari BI sehingga uang yang beredar di masyarakat menjadi terlalu banyak dan nilai uang menjadi sangat turun (hiper inflation) dan untuk menutupnya dipinjam uang dari rakyat, tetapi karena tidak mencukupi maka dipinjam uang dari Amerika Serikat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar